Metode Mauidzah Hasanah (nasihat)



Metode Mauidzah Hasanah (nasihat)

        Secara etimologis, mauidzoh merupakan bentukan dari kata wa’adza-ya’idzu-iwa’dzan dan ‘idzata; yang berarti “menasihati dan mengingatkan akibat suatu perbuatan,” berarti juga “menyuruh untuk mentaati dan memberi wasiat agar taat.”
Alhasanah  merupakan lawan dari sayyiat ;maka dapat dipahami bawa mauidza dapat berupa kebaikan, dapat juga kejahatan; hal itu tergantung pada isi yang disampaikan seseorang dalam memberikan nasihat dan anjuran , juga tergantung pada merode yang dipakai pemberi nasihat.
Atas dasar itu, maka pengertian untuk mauidzah disertai dengan sifat kebaikan, “Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mauidzah hasanah…..” Karena kalau kata mauidzah dipakai tanpa embel-embel dibelakangnya, pengertiannya harus dipahami sebagai mauidzah hasanah;
واللاتي تخافون نشوزهن فعظوهن واهجروهن في ا لمضاجع واضربوهن
 فإن اطعنكم فلا تبغوا عليهن سبيلا إن الله كان عليا كبيرا {النساء: 34}
“Maka berilah ia nasihat yang baik, lalu biarkan dia tidur sendirian, lalu       pukullah dia…….”


Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik di mana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak audience dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh subyek.[4] 
Menurut filosof Tanthawy Jauhari, yang dikutip Faruq Nasution mengatakan bahwa Mauidzah al Hasanah adalah Mauidzah Ilahiyah yaitu upaya apa saja dalam menyeru /mengajak manusia kepada jalan kebaikan (ma yad’u ila al shale) dengan cara rangsangan ,enimbulkan cinta (raghbah) dan rangsangan yang menimbulkan waspada (rahbah).[5]
Cukup sederhana, teetapi mengandung ke dalam uraian yang cukup luas, karena raghbah dan rahbah yang dimaksudkan ole Syaikh al Islam itu adalah merupakan kebutuhan emosional dan manfaat ganda di dalam kehidupan yang wajar dan sehat (to satisty emosional needs and gain stability of life) sehingga di dalam konteks sosiologis, suatu kelompok akan merasakan bahwa seruan agama (islam) memberi semangat dan kehidupan yang cerah baginya. Mereka tidak merasa tersinggung atau merasa dirinya dipaksa menerima suatu gagasan atau ide tertentu. Upaya untuk menghindari rasa tersinggung atau paksaan ini tercermin dalam ayat Al-Quran:

فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك………..

“Maka disebabkan Rahmat dari Allah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati (bersikap) kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…….
Dan bawha aktifitas dakwah adalah dengan mauidzah yang mengarah kepada pentingnya manusiawi dalam segala aspeknya. Sikap lemah lembut (affection) menghindari sikap egoism adala warna yang tidak terpisahkan dalam cara seseorang melancarkan idea-ideanya untuk mempengaruhi orang lain secara persuasive dan bahkan coersive (memaksa).
Caranya dengan mempengaruhi obyek dakwah atas dasar pertimbangan psikologis dan rasional. Maksudnya sebagai subyek dakwah harus memperhatikan semua determinan psikologis dari obyek dakwah berupa frame of reference (kerangka berpikir) dan field experience (lingkup pengalaman hidup dari obyek dakwah dan sebagainya). Dalam hal ini Nabi memberikan petunjuk melalui sabdanya:
خا طبوا الناس علي قدر عقولهم.
“Berbicaralah dengan mereka (manusia) itu sesuai dengan kemampuannya”.

Jadi setelah mengalami frame of experience dari obyek dakwah, seorang da’I diwajibkan menyampaikan nasehat-nasehatnya dengan nasehat yang factual berupa mauidzah hasanah agar pihak obyek dakwah dapat menentukan pikiran teradap rangsangan, psikologis yang mempengaruhi dirinya.
Dan kemudian Metode Mauidzah Hasanah ini memiliki beberapa dasar yang menjadi acuan supaya melaksanakan metode ini diantaranya:
  1. Ada perintah yang jelas untuk menggunakan metode tersebut:

ادع إلي سبيل ربك باالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم باالتي هي احسن إن ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم باالمهندين {النحل:125}
“Serulah kepada jalan tuhanmu dengan hikmah, mauidzah hasanah…………………………..”
وعظهم وقل لهم في انفسهم قولا بلبغا {النساء:63}
“Dan nasihatilah mereka, serta sampaikanlah kepada mereka, pada jiwa mereka, perkataan yang mengena.”

  1. Rasululah saw. Menjadikan nasihat sebagaidasar agama, dengan sabdanya: “Agama adalah nasihat” dan nasihat adalah sini\onim dari mauidzah hasanah sebagaimana telah diungkap dahulu.
  2. Rasululas saw.  membai’at sahabat agar member nasihat kepada setiap muslim, dalam hadits diungkapkan, “Aku dibai’at pleh Rasululah saw. untuk mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan member nasihat kepada seluruh muslim.”
  3. Para Nabi menggunakannya , sebagaimana diceriatakan dari Nuh as.
وانصح لكم
“….Dan aku menasihati kamu sekalian.”
وانا  لكم ناصح امين {الأعراف:68}
Aku adalah pemberi nasihat yang dapat dipercaya.”


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar